Awalludin GD Mualif
I
Sebut namanya Nur bersambung Rel
Pencari relung-relung terdalam kata
Pemungut serpihan-serpihan masa
Perangkai bunga-bunga bahasa
Ketakutan sewujud mitos baginya
Bersandar keyakinan mencoba menjinakan bahasa berkelindan kemabukan
Nafasnya melantunkan tikaman-tikaman gelisah
Menggeliyat saat pandang mata menatap beda sebuah peristiwa
Nur mewujud Rel memangku gerbong-gerbong tua berisi tumpukan makna
Dibawahnya beranjak dari stasiun jiwa mengkoyak pandir nalaria semesta,
Hingga terhamparlah pada lembaran-lembaran bernada tanya
Menggemalah nada sumbang bagi jiwa-jiwa bimbang
Rel menjadi Nur menghantar para musafir kata
Dari alam kesunyian menggelapkan jumawa ke pelimbahan sepi mengasyikan
Ia senantiasa resah dalam jalanya
Meski jalanan masihlah sama
Menurun di hilir penuh warna
Nur ialah Rel
Lilin panjang di tengah sorotan lampu-lampu kota
II
Rambut ikal mengelombang gugur teriris kasih belaian jiwa
Mengayuh hidup memecah sepi
Tungku dapur tua berasap, masihlah terjaga
Melarut di mimpi-mimpi yang tak lagi nyata
III
Terlihat jutaan kata, bahkan lebih terpampang di alam fana
Sedikit rasa memetiknya, menurun dalam gelaran makna
Bukan kata yang memakna, jiwalah penuntunya
Para pejalan terus berjalan di jalur jalan kata
IV
Oh......sangkakala kata yang mengkoyak batu cadas kehidupan manusia
Menjejal diantara kebekuan nalar
Memberi cahaya di gelap jiwa, menghempaskan gulita
Kata adalah cahaya
V
Bila putaran roda waktu berhenti di garis sejarah
Kata tetap berputar pada porosnya
Sang pejalan kata bukanlah parade badut
Ia lah pembawa obor cahaya
Membaginya secercah, menerangkan dunia
Membawa kabar-kabar keabadian
VI
Di setiap jejakan waktu
Pejalan kata tumbuh berganti masa
Menelusupkan cahaya melewati aliran darah manusia
Semesta menerima nuansa
Dendang Sesal Pada Sunyi
VII
Aku melihat ia iba pada selembar bulu yang koyak
Tetapi lupa pada burung yang sekarat
Karena terbiasa mencium tangan sang tuan
Yang memasung jiwa
Kodrat jiwa sejati dihempaskannya dalam lubang kelam
VIII
Pahlawan mematung di lingkaran tragedi
Mengembus nafas akhir di atas gelanggang
Bukanlah nyata korban kesengsaraan, yang terperosok perlahan
Ke haribahan maut
Dalam kesunyian penjara jiwa.
IX
Kalam masih menghamba alam
Lihatlah jalannya fajar menjemput subuh
Para malaikat turun membawa salam
Kerumunan semesta melimpah di lautan asa
Ya Allah......
X
Wahai Nur .....
Butiran debu menyatu pada setiap dinding jiwamu
Kasat mata tak lagi melihatnya
Atau, melihat yang tak terlihat
Lalu kirab kejumuddan dipertontonkan
Bukanlah warna yang sesungguhnya
XI
Dukanya duka sekalian mahluk
Melumpuh daya mengeja peristiwa
Memusat pada ruang hampa
Diam jugalah kata-kata
Derunya menyayat-nyayat jiwa
XII
Aku kan tegak meski hati melayu
Mencari sisa-sisa daya yang tak kutahu,
Seketika membuta
Ingin pergi darinya pada saat malam
Namun gelap menyekap naluria
XIII
Nurel menghilang di padang terang
Silau cahayanya tak kunjung musnah
Kini tak terlihat lagi jejakan cerita lalu
Kekosongan melanda merayu-rayu
Ialah kisah tanpa sang pencerita.
http://sastra-indonesia.com/2015/12/teruntuk-sang-pejalan-kata-nurel-javissyarqi/
"Sebuah kata adalah perjuangan dan warna menjadikan nyawanya" (Nurel Javissyarqi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A. Qorib Hidayatullah
A. Syauqi Sumbawi
Adzka Haniina Al Barri
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus B. Harianto
Akhmad Taufiq
Ali Topan Diantoko
Asap Studio
Asarpin
Awalludin GD Mualif
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Ballads of Too Early Destiny
Berita
Berita Utama
Catatan
Catatan KPM
Chamim Kohari
Chicilia Risca
Christian Zervos
Dami N. Toda
Darju Prasetya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Dimas Arika Mihardja
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Eka Budianta
Esai
Evan Ys
Fahrudin Nasrulloh
Fanani Rahman
Fatah Anshori
Fikri MS
Gema Erika Nugroho
Hadi Napster
Hasnan Bachtiar
Heri Listianto
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Ignas Kleden
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Imron Tohari
Inspiring Writer
Inung AS
Iskandar Noe
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kitab Para Malaikat
Komunitas Deo Gratias
Kritik Sastra
Laksmi Shitaresmi
Liza Wahyuninto
Lukisan
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Maman S. Mahayana
Marhalim Zaini
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mh Zaelani Tammaka
Mofik el-abrar
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Nurel Javissyarqi
PDS H.B. Jassin
Pengantar antologi puisi tunggal “Sarang Ruh”
Pengantar KPM
Picasso
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Puisi
Rabindranath Tagore
Rakai Lukman
Raudal Tanjung Banua
Rengga AP
Resensi
Robin Al Kautsar
Sabrank Suparno
Sajak
Sampul Buku
Saut Situmorang
SelaSastra Boenga Ketjil
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Sofyan RH. Zaid
Sony Prasetyotomo
Sunu Wasono
Surat
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Tarmuzie
Taufiq Wr. Hidayat
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tosa Poetra
Trilogi Kesadaran
Universitas Jember
Wawan Eko Yulianto
Wawan Pinhole
Yona Primadesi
Yuval Noah Harari
Isi Buku Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Isi Kandungan Buku MTJKSCB
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Isi Kandungan Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar